10 KESALAHAN YANG BISA MENGHANCURKAN BISNIS ANDA (Bag.1)
Menurut Michael
E. Gerber (dalam bukunya The E-Myth)
dikatakan bahwa pada umumnya 80% usaha/bisnis
baru mengalami kebangkrutan dan gulung tikar pada tahun pertama. Dari sisa 20%
yang mampu bertahan, 80%nya tutup di empat tahun pertama. Praktis hanya 4% saja
usaha/bisnis baru yang mampu bertahan hingga tahun kelima. Jadi jika ada
100 usaha/bisnis baru tahun ini maka di tahun kelima, hanya akan tersisa 4
usaha/bisnis saja.
Tulisan ini tentu
saja tidak untuk membuat para usahawan (business
owner) menjadi takut. Justru pendapat Michael E. Gerber yang di dapat dari
hasil survey tersebut diatas seharusnya dijadikan sebagai peringatan bahwa roda
usaha/bisnis tidak berjalan dan menggelinding begitu saja. Pembeli tidak datang
begitu saja ketika anda sudah buka toko. Keuntungan tidak serta merta didapat
ketika anda mulai membangun sebuah bisnis. Besarnya omset tidak lantas menjamin
bahwa anda akan mendapat keuntungan yang besar pula. Alih-alih membangun
usaha/bisnis karena ingin kebebasan finansial tetapi yang didapat justru
tekanan yang membuat kepala pusing dan serasa mau pecah.
Kami (Formula Bisnis Indonesia - For Better Indonesia) banyak sekali bertemu dengan business owner. Dari mereka, kami banyak mendengar
keluhan tentang bisnis yang mereka jalankan, sebagian bersedia kami bantu
dengan program coaching dan telah
merasakan manfaatnya yang luar biasa. Sebagian lagi masih tidak percaya bahwa
apa yang dilakukannya selama ini salah atau kurang tepat dan ngotot melakukan cara-cara sama yang
sebelumnya sudah terbukti tidak berhasil. Dari pengamatan kami selama ini, kami
menyimpulkan –paling tidak- ada 10 hal yang menyebabkan kehancuran
usaha/bisnis.
1. KESALAHAN KEPUTUSAN INVESTASI
Masih terekam
dengan jelas di ingatan kita, pada tahun 90an bisnis wartel (warung telepon)
merebak luar biasa. Kondisi pada saat itu membuat beberapa orang berpikir bahwa
bisnis wartel sangat prospektif. Kemudian mereka membangun bisnis yang
menyediakan jasa telekomunikasi SLJ, SLJJ, SLI. Dengar-dengar bisnis tersebut
menjanjikan profit margin hingga 40%
kala itu. Satu dua wartel beroperasi dan terlihat menguntungkan, maka bisa
ditebak yang lain akan ikut membangun usaha yang sama. Dan benar era 90an,
telah menjadi trend bisnis, wartel
ada dimana-mana, setiap 100 meter hampir bisa dipastikan kita akan menjumpai
wartel. Lalu beberapa tahun kemudian bisnis wartel bertumbangan satu persatu.
Rontoknya bisnis wartel salah satunya karena teknologi komunikasi berkembang
sedemikian pesat. Telepon GSM yang tadinya hanya bisa dinikmati oleh golongan
ekonomi kelas atas, kini tukang sayur yang keliling komplek perumahan dengan
gerobakpun menggunakan telepon genggam (seluler). Praktis usia bisnis wartel
hanya bertahan tidak lebih dari 7 tahun.
Keputusan
investasi yang di dasarkan pada trend
cukup memiliki resiko yang besar jika tidak di imbangi dengan kajian yang lebih
mendalam. Yang perlu dicermati mengenai yang berhubungan dengan trend adalah bahwa pada umumnya follower tidak pernah lebih baik daripada pioneer-nya. Jika tidak cerdik dalam membaca pasar dan proyeksinya
ke depan, apalagi tidak disertai dengan pengalaman dan kompetensi yang mumpuni,
investasi yang anda lakukan akan sia-sia dan tidak akan mendatangkan hasil
apa-apa kecuali stress dan
penyesalan.
2. TIDAK MEMILIKI PERENCANAAN BISNIS YANG BAIK
Apa yang
dibutuhkan ketika anda hendak membangun sebuah rumah idaman? Ya, sebelum proses
pembangunan dimulai anda perlu menyiapkan dana yang cukup, lahan yang sesuai,
gambar rencana bangunan. Begitu juga dengan usaha/bisnis. Sayangnya, banyak
usaha berskala mikro, kecil dan menengah yang mengabaikan perencanaan bisnis
ini dan lebih banyak memilih menjalankan bisnis dengan mengandalkan feeling.
Perencanaan
bisnis ini sebaiknya dimulai dari menetapkan visi dan misi usaha. Visi adalah
ujung perjalanan yang hendak dituju. Logikanya, bagaimana kita melakukan
perjalanan jika tujuannya tidak ada. Itulah pentingnya sebuah visi. Dari
situlah perencanaan bisnis dijabarkan secara lebih detil. Perencanaan bisnis
ini menyangkut apa, siapa, kapan, dan
bagaimana. Anda perlu menentukan berapa keuntungan yang harus anda dapatkan
tahun ini, lima tahun kedepan atau sepuluh tahun yang akan datang. Sebesar apa
bisnis anda akan tumbuh lima atau sepuluh tahun kedepan. Bagaimana anda akan
menjalankan bisnis anda sehingga pertumbuhannya sesuai yang anda kehendaki.
Kapan anda akan memulai menjalankan strategi-strategi pencapaian yang sudah
anda susun. Siapa yang akan anda libatkan, dan seterusnya.
Ukuran-ukuran
dalam perencanaan bisnis ini sangat penting. Filosofinya, segala sesuatu yang
tidak bisa diukur hampir mustahil untuk ditingkatkan. Dan segala sesuatu yang
bisa diukur selalu bisa di tingkatkan. Perencanaan bisnis salah satunya adalah
membuat dan menetapkan ukuran-ukuran tersebut sehingga pengusaha memiliki “dashboard” yang bisa menunjukkan
sinyal apakah bisnis sedang bertumbuh
ataukah stuck.
3. TIDAK MENGUASAI MANAJEMEN CASHFLOW YANG
BAIK
Banyak pelaku
bisnis yang beranggapan bahwa selagi punya modal yang besar bisnis pasti
“aman”. Pengertian aman disini sebenarnya tidak cukup beralasan. Karena bisnis
tidak hanya tentang ketersediaan modal uang tetapi juga bagaimana mengelola
uang yang dimiliki untuk bisa diputar dan dilipat tigakan atau bahkan lebih.
Modal uang yang besar lama-lama akan habis juga
jika tidak di manage secara baik.
Modal atau uang bagi bisnis adalah seperti darah bagi tubuh kita. Jika kita
kekurangan darah, tubuh kita akan lemah dan lesu. Tidak bergairah dan mudah
lelah. Agar bisnis tidak lesu diperlukan keahlian pengelolaan keuangan yang
baik. Misalnya, bagaimana caranya agar uang yang mengendap bisa diputar,
bagaimana menekan harga, bagaimana mengurangi stok yang menumpuk digudang,
kapan harus investasi asset, bagaimana membuat perencanaan pajak, memperpendek
jangka waktu tagihan, dan seterusnya. Sehingga darah terus mengalir ke setiap
selang nadi kehidupan bisnis anda.Bersambung ke Bagian 2....
______________________________
Formula Bisnis Indonesia
For Better Indonesia
Expert in Business Coaching
http://formulabisnisindonesia.com